Minggu, 05 Februari 2012

5 Cara Agar Kentut Tidak Bau




Meski kentut merupakan reaksi alami tubuh, tapi kentut yang terlalu sering dan berbau tentunya membuat orang malu. Agar kentut bisa normal dan tak berbau busuk ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Apa saja? Menurut American College of Gastroenterology, rata-rata kentut 10 hingga 20 kali sehari masih dianggap normal. Dalam frekuensi normal, kentut merupakan hal yang sehat karena menandakan sistem pencernaan khususnya gerakan peristaltik usus hingga anus berjalan dengan normal.
Selain membuat ketidaknyamanan sosial, kentut yang berbau busuk bisa menyebabkan nyeri dan rasa tidak nyaman di perut. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat membantu mengurangi jumlah gas dalam tubuh.
Dilansir Livestrong, berikut beberapa mengatasi agar kentut tak berbau busuk:
1. Minum teh herbal
Minum teh herbal setelah makan dapat mencegah terbentuknya gas di usus. Breastcancer.org merekomendasikan teh chamomile atau peppermint, yang dapat membantu tubuh Anda mencerna makanan dengan benar sehingga mencegah kentut berbau. Teh hijau juga dapat membantu.
2. Batasi makanan yang memicu gas di perut
Terlalu banyak makan makanan yang tinggi serat seperti kacang-kacangan dan umbi-umbian dapat memicu gas di perut. Batasi sayuran seperti brokoli, kubis, kecambah dan kembang kol bila Anda sedang mengalami perut kembung. Alkohol dan minuman bersoda juga dapat membuat Anda lebih sering kentut dan berbau.
3. Perhatikan asupan produk susu
Perhatikan apakah gas dalam perut Anda meningkat saat mengonsumsi produk susu seperti susu, keju dan yogurt, karena bisa jadi Anda tidak toleran terhadap laktosa, yang bisa membuat Anda lebih sering kentut dengan bau yang busuk.
4. Rutin olahraga
Menurut MayoClinic.com teratur olahraga dapat membantu meringankan chronic intestinal gas (kentut yang berlebihan) yang menyebabkan kentut berbau busuk. Pilih latihan yang ringan seperti jalan kaki dan yoga, yang dapat membantu kerja sistem pencernaan yang sehat sehingga tidak menghasilkan gas yang berlebihan.
5. Ubah kebiasaan makan
Ubah kebiasaan makan Anda untuk membantu tubuh mencerna makanan dengan benar dan mengurangi udara yang masuk ke perut saat makan. Kunyahlah makanan dengan perlahan, mulut tertutup, tidak dengan gigitan besar dan tidak bicara saat makan. Jangan gunakan sedotan saat minum dan hindari permen karet untuk mencegah lebih banyak udara masuk ke perut.

Sumber : 5 Cara Agar Kentut Tidak Bau

Kamis, 02 Februari 2012

Merbabu II

Beberapa hari yang lalu saya bersama beberapa teman jalan-jalan menyusuri salah satu gunung yang cukup terkenal dikalangan pecinta alam Indonesia, yaitu Gunung merbabu. Gunung Merbabu ini adalah gunung bertipe strato, dan terletak diantara kabupaten Magelang dan Boyolali. Saya sendiri sudah pernah mendaki gunung ini sebelumnya, kira-kira dua tahun yg lalu.
Singkat cerita dalam tim pendakian kali ini (red : keren ya nyebutnya tim) terdiri dari 7 orang. Kami memulai pendakian dari base camp Wekas. Pendakian dimulai kira-kira pkul 11.00 WIB, waktu itu cuaca cukup cerah dan bersahabat. Sekitar jam 3 sore, setelah berjalan penuh semangat dan keceriaan tapi dengan napas ngos-ngosan akhirnya sampailah kita di camping ground. Sesuai dengan rencana kami pun mendirikan tenda sebagai tempat beristirahat. Namun hanya sampai sinilah keceriaan pendakian ini berlangsung. Sesaat setelah tenda berhasil didirikan cuaca menjadi sangat tidak bersahabat, badai datang menghantam. Angin kencang dan kabut tidak berhenti menderu, mendesak tenda yang dipancang hingga hampir rubuh. Kami pun terpaksa yang bisa berdiam diri didalam tenda dengan harapan besok badai akan reda dan cuaca memugkinkan untuk melanjutkan pendakian hingga ke puncak impian.
Rencananya pendakian menuju puncak merbabu ini akan kami lanjutkan pada jam 03.00 WIB dini hari. Namun apa daya badai yang menghantam sejak malam tidak berhenti hingga pagi. Kondisi yang agak membahayakan akhirnya membuat kami akhirnya membatalkan rencana ke puncak merbabu dan memutuskan untuk segera turun kembali. Kecewa? pasti karena batalnya impian untuk menjejaki puncak Merbabu, Kenteng Songo yang tersohor. Tapi keselamatan diri tentu lebih penting dari ambisi menjejak ke puncak merbabu untuk kedua kalinya.
jadi, pelajaran ini lah yang saya dapat dan secara langsung saya alami di pendakian kali ini. Kita terkadang terlalu berambisi mewujudkan ambisi dan cita-cita kita hingga hal-hal curang pun kita wajarkan untuk mencapai tujuan demi kebanggaan dan kepuasan diri. Semua kita lakukan demi yang kita inginkan, memaksakan diri hingga kita seringkali lupa membaca pertanda. Tentang membaca pertanda inilah yang saya alami dalam pendakian kemaren, kita semestinya tahu kemampuan diri sehingga seharusnya tahu kapan harus melangkah mundur satu kaki untuk kemudian berlari beberapa langkah kedepan, ini mungkin yang sebenarnya disebut perencanaan dan strategi. Toh pada akhirnya dalam pendakian itu saya memahami mendaki gunung bukan hanya soal sampai ke puncak tapi tentang proses dan perjuangan yang dialami dalam pendakian tersebut. It's a little bit same with life, isn't it?