Jumat, 17 September 2010

STILL UNTITLED

I waiting for a mystery of wait.

Kemaren ini saya melakukan dua hal yang cukup penting bagi saya, dan setidaknya untuk hubungan saya dengan beberapa orang teman. Persamaannya adalah keduanya bisa saja sama-sama berakhir menyakitkan, perbedaannya adalah yang satu sudah pasti, saya ulangi pasti berakhir menyakitkan dan yang satu lagi masih bisa saja walaupun kemungkinan besar berakhir menyakitkan juga.
Saya sudah mengakhiri sesuatu dan mencoba memulai sesuatu yang baru. Untuk memulai sesuatu itulah saya menunggu, mungkin semuanya akan bertanya kenapa harus menunggu? Kenapa tidak langsung memulai saja sendiri? Well, yah apa yang ingin saya mulai dari awal lagi tidak lagi tergantung pada diri sendiri tapi ini berkaitan dengan orang lain. Saya sudah melakukan apa yang perlu saya lakukan untuk memulai sesuatu yang baru tersebut, yang kurang mungkin adalah kesabaran. Dan sekarang itu sudah jauh berkurang, waktu dan situasi sekarang membuatnya melorot jauh. Alih-alih semakin mendekati kenyataan, waktu dan situasi justru semakin rumit membuatnya semakin jauh dari kata “menjadi kenyataan”.
Dari sini saya dapati bahwa kesabaran itu erat sekali dengan keyakinan. Saya menjadi tua dengan cepat dan sekarang sedang sekarat, kalau seandainya umur saya diukur dengan keyakinan terhadap apa yang tunggu-tunggu. Yah, saya kehilangan keyakinan perlahan, it’s just gone. Saya merasakan itu, dunia terbalik seperti roda. Benar-benar terbalik, saya tadinya ada di atas sekarang tergeletak di bawah. Ternyata sangat susah untuk membuat orang lain bahagia. Saya akan tersenyum kalau orang lain itu juga tersenyum, tapi yang rumit adalah mempertahankan senyum 3cm tetap lebar ketika semua tidak berjalan sesuai keinginan.
Mungkin saya terlalu simple memandang ini, saya lupa bahwa saya sedang mencoba membahagiakan hati manusia juga, yang punya pikiran dan hati juga. Yah, tau apa saya soal membahagiakan orang lain. Sampai akhirnya sekarang saya terjebak dalam kerumitan ketidakpastian. Deadline tidak berlaku dalam kasus ini, itu lah yang membuatnya semakin menjadi rumit, kawan. Tidak ada dealine tidak ada tanggal pasti kapan jawaban itu akan datang, ketidakpastian. Absurd sekali, waktu sebagai hal paling pasti didunia ini sekarang justru berjalan menambah ketidakpastian, terus menggerus keyakinan.
Yah, saya mungkin sudah salah langkah tapi saya belajar dari sini. Dari situasi ini saya belajar, saya memang bermaksud baik ingin membahagiakan orang lain. Tapi saya mungkin lupa saya hanya manusia biasa terbatas pada waktu, keadaan, kesabaran dan keyakinan. Mungkin lain kali saya harus bilang, “Saya cuma manusia. Tidak akan pernah bisa membahagiakan kamu, tapi mintalah kebahagiaan mu pada Tuhan. Dan mungkin Ia akan memberikan kebahagiaan mu melalui saya”.

I still waiting for mystery of wait. But whatever ending that will comes, this “Yellow” will be always play for you or remind of you.

Jumat, 04 Juni 2010

Manusia Setengah Dewa di Negeri Para Bedebah

Ada satu negeri yang dihuni para bedebah,
Yaitu negeri yang pemimpinnya hidup mewah tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Di negeri itu orang baik dan bersih dianggap salah,
Dipenjarakan karena sering bertemu wartawan

(Negeri Para Bedebah, Adi Massardi)


Manusia Setengah Dewa di Negeri Para Bedebah

Ada sebuah bangsa di dunia ini yang dianugerahi dengan berbagai macam kelimpahan oleh sang pencipta. Tanah-tanah di negeri itu sanggup menumbuhkan apapun untuk menghidupi rakyatnya, tangan kita hanya perlu melempar sebuah biji tanaman dan kemudian tanaman tersebut akan tumbuh subur memberikan hasilnya untuk kita nikmati. Semudah itu lah hidup di negeri itu.
Laut-laut dinegeri itu punya kekayaan yang sangat luar biasa, penduduknya hanya perlu menyebarkan jala atau menyelam barang satu atau dua meter dan kemudian semuanya akan cukup untuk menghidupi mereka.
Seharusnya rakyatnya makmur, seharusnya rakyatnya sejahtera, atau seharusnya negeri itu menjadi adidaya di dunia. Itu “seharusnya”, kalau kita berada di alam mimpi maka negeri itu akan menjadi seperti apa yang “seharusnya”, namun kalau kita kembali ke dunia nyata negeri itu akan menjadi anomali untuk yang “seharusnya”. Penduduk dinegeri itu sengsara, sebagian besar penduduk dinegeri itu adalah kaum tidak berpunya. Itulah ironi yang ada dinegeri kaya tersebut.
Kalau kita melihat kenegeri lain maka kita akan menemukan bahwa yang disebut kaum marjinal adalah mereka yang hidupnya sengsara, kaum yang terpinggirkan karena uang, warna kulit, dan tempat tinggal mereka. Sekarang kita kembali ke negeri yang sangat kaya raya tadi, semuanya akan terbalik seratus delapan, ah tidak semuanya akan terbalik tiga ratus enam puluh derajat jauh dari normal. Dinegeri itu yang disebut kaum marjinal adalah orang-orang kaya yang hidup berkecukupan atau malah cenderung berlebihan, mereka adalah para penguasa dan konglomerat pencari keuntungan. Kenapa orang-orang kaya dengan baju rapi, mobil bagus, dan bau harum menjadi kaum marjinal dinegeri itu?. Ya begitulah teman, karena mayoritas rakyat negeri itu adalah kaum miskin yang harus berjuang demi hidup mereka, jauh dari baju yang rapi karena baju satu-satu yang mereka kenakan adalah kaos dengan lobang disana-sini, jauh dari kendaraan yang bagus karena satu-satunya alat transportasi yang mereka punya adalah kaki-kaki serta sandal jepit usang mereka, jauh dari bau harum tubuh mereka karena satu-satunya wangi-wangian yang mereka punya adalah keringat mereka. Begitulah mereka, hidup sebagai manusia yang berada ditingkatan paling akhir dalam rantai makanan negeri itu, selalu jadi korban penguasa yang buta dan selalu jadi mangsa pengusaha yang serakah. Tapi tahukah kamu ada satu hal yang membuat rakyat negeri itu patut diteladani, itulah senyum mereka teman. Senyum mereka yang ikhlas menerima semua hal dalam hidup dari yang baik hingga yang buruk sekalipun.
Kenapa negeri kaya itu menjadi begitu miskin dan lemah. Tidak perlu jadi professor untuk mengetahuinya, teman. Seorang awam pun akan mengerti dengan mudah untuk hal yang satu ini. Penguasa, mereka dikuasai oleh sekelompok orang yang sebagian dari mereka adalah orang buta tuli dan sebagian lagi adalah pengecut. Mereka dipimpin orang buta tuli yang tidak bisa melihat keadaan sebenarnya rakyat negeri itu, tidak bisa mendengar jerita kepayahan puluhan juta rakyat yang kelaparan. Sebagian dari penguasa yang buta tuli ini masih punya nurani, tapi apa daya mereka buta tuli pula walaupun mau tapi mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi mereka hanya dikendalikan oleh sekelompok penguasa lainnya yang berjiwa pengecut. Penguasa pengecut ini hanya bisa berkoar bahwa mereka memihak rakyat, tapi yang mereka lakukan adalah menindas rakyat. Penguasa satu ini terlampau pengecut, mereka terlalu takut akan harta. Harta hanyalah satu-satunya yang berharga bagi mereka sehingga mereka sangat takut akan kehilangan hal yang berharga tersebut walupun hanya sepeser demi negerinya sendiri, mereka akan melakukan apapun demi menjaga dan memperbanyak harta mereka, mereka menindas dan mereka menjilat semua untuk satu tujuan yaitu demi mendapatkan harta. Mereka terlanjur menjadi pengecut yang dipebudak harta,tidak memiliki secuil pun keberanian untuk bertindak benar.
Sekarang sedang dicari seorang manusia yang berani mati demi negeri ini, seorang manusia mampu menolak semua godaan, menghapus semua ketakutan, dan teguh menegakkan kebenaran. Manusia ini dibutuhkan negeri ini untuk menghapus segala macam penindasan tingkat tinggi yang sekarang menjamur di negeri ini. Menjamur seperti virus, meresap hingga menjadi budaya walaupun sebenarnya itu hanya budaya sekelompok penguasa negeri ini. Dinegeri itu manusia dengan integritas seperti ini akan disebut sebagai MANUSIA SETENGAH DEWA, rakyat negeri itu sudah lama hidup menderita dan mereka sangat merindukan hadirnya seorang manusia setengah dewa yang berani menantang penguasa mereka yang kejam dan berani berkorban nyawa sekalipun untuk rakyat negeri tersebut. Mungkin mustahil orang seperti itu akan muncul teman, tapi seperti rakyat negeri itu yang terus berharap. Kita juga harus menunggu teman, nanti kita akan melihat jawabannya.

Rabu, 02 Juni 2010

Untuk Saudaraku Di Indonesia


Saya tidak tahu, mengapa saya harus menulis dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia,, Namun, jika kalian tetap bertanya kepadaku,kenapa?? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki Adalah karena Negeri kalian berpenduduk muslim Terbanyak di punggung bumi ini,,,,bukan demikian saudaraku??? Disaat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis da'wah dari Jama'ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama'ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini?!!!?. Wah,,,,sungguh jumlah angka yang sangat fantastis & membuat saya berdecak kagum, Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku,,,,jika jumlah jama'ah Haji asal GAZA sejak tahun 1987 Sampai sekarang di gabung,,itu belum bisa menyamai jumlah jama'ah haji Dari negeri kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat di banding kalian yah? Wah?.wah?pasti uang kalian sangat banyak yah, apalagi menurut sahabatku itu ada 5 % dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya,,,Subhanallah.

Wahai saudaraku di Indonesia,
Pernah saya berkhayal dalam hati,,kenapa saya & kami yang ada di GAZA ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Wah?.pasti sangat indah dan mengagumkan yah. Negeri kalian aman, kaya dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui Tentang negeri kalian. Pasti para ibu-ibu disana amat mudah Menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko & para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan. Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku Tidak seperti di negeri kami ini, saudaraku, anak-anak bayi kami lahir di tenda-tenda pengungsian. Bahkan tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami Melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah, Sehingga istri-istri kami terpaksa melahirkan diatas mobil,,,,yah diatas mobil saudaraku!! Susu formula bayi adalah barang yang langka di GAZA sejak kami di blokade 2 tahun lalu, Namun isteri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga dua tahun lamanya Walau, terkadang untuk memperlancar ASI mereka, isteri kami rela minum air rendaman gandum. Namun,,,mengapa di negeri kalian , katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah & ibunya , terkadang ditemukan mati di parit-parit, di selokan-selokan dan di tempat sampah,,,,itu yang kami dapat dari informasi televisi.

Dan yang membuat saya terkejut dan merinding,,, ,, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus Abortusnya untuk wilayah ASIA,,,,Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian..??? Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina tersebut?.!! !, sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami di sini. Memang hampir setiap hari di GAZA sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati, Namun, bukanlah diselokan-selokan,,,,atau got-got apalagi ditempat sampah?saudaraku! !!, Mereka mati syahid,,,saudaraku! mati syahid karena serangan roket tentara Israel !!!

Kami temukan mereka tak bernyawa lagi dipangkuan ibunya ,di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan roket tentara Zionis Israel, Saudaraku,,, ,bagi kami nilai seorang bayi adalah Aset perjuangan perlawanan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan Negeri ini. Perlu kalian ketahui,,,sejak serangan Israel tanggal 27 desember (2009) kemarin, Saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 diantaranya adalah anak-anak kami Namun,,,,sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru Dijalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar,,,Allahu Akbar!!!

Wahai saudaraku di Indonesia,
Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, Namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi ,menderita busung lapar,,,, Apa karena kalian sulit mencari rezki disana..? apa negeri kalian sedang di blokade juga..? Perlu kalian ketahui,,,saudaraku , tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi apalagi sampai mati kelaparan,,, walau sudah lama kami diblokade. Kalian terlalu manja?!? Saya adalah pegawai Tata usaha di kantor pemerintahan Hamas Sudah 7 bulan ini, gaji bulanan belum saya terima, tapi Allah SWT yang akan mencukupkan rezki untuk kami. Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda Baru saja melangsungkan pernikahan,, ,yah,,,mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel, Mereka mengucapkan akad nikah,,,,diantara bunyi letupan bom dan peluru saudaraku. Dan Perdana menteri kami, yaitu ust Isma?il Haniya memberikan santunan awal pernikahan Bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai Saudaraku di Indonesia,
Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqoh pembinaan Di Negeri antum, seperti yang diceritakan teman saya tersebut,,,, Program pengajian kalian pasti bagus bukan, banyak kitab mungkin yang telah kalian baca, dan Buku-buku pasti kalian telah lahap,,,kalian pun sangat bersemangat bukan, itu karna kalian punya waktu.Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini wahai saudaraku. Satu jam,,,yah satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqoh Setelah itu kami harus terjun langsung ke lapanagn jihad, sesuai dengan tugas yang Telah diberikan kepada kami. Kami di sini sangat menanti-nantikan hari halaqoh tersebut Walau Cuma satu jam saudaraku,,, ,Tentu kalian lebih bersyukur, kalian lebih punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqoh, Seperti ta'aruf, tafahum dan takaful di sana. Hafalan antum pasti lebih banyak dari kami,,, Semua pegawai dan pejuang Hamas di sini wajib menghapal surat al anfaal sebagai nyanyian perang kami, saya menghapal di sela-sela waktu istirahat perang ,,, bagaimana Dengan kalian?? Akhir desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 juz anakku yang pertama, ia diantara 1000 anak yang tahun ini menghapal al qur?an, umurnya baru 10 tahun , Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal al quran ketimbang anak-anak kami disini, di Gaza tidak ada SDIT seperti di tempat kalian, yang menyebar seperti jamur sekarang. Mereka belajar di antara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah Diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun pohon kurma,,,, yah di tempat itulah mereka belajar Saudaraku,, bunyi suara setoran hafalan al quran mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel? Ayat-ayat Jihad paling cepat mereka hafal,,,karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung Mereka rasakan.

Wahai Saudaraku di Indonesia,
Oh, iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat aksi solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia, kami menyaksikan demo-demo kalian disini. Subhanallah, ,,,,kami sangat terhibur, karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini. Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami di sini, termasuk kalian di Indonesia. Namun,,,bukan tangisan kalian yang kami butuhkan saudaraku Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti nanti di akhirat yang dicatat Allah sebagai Bukti ukhuwah kalian kepada kami. Doa-doa kalian dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya. Oh,,,iya hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya Untuk menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telepon dan fax yang masuk Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi Salam untuk semua pejuang-pejuang islam di Indonesia.

Senin, 31 Mei 2010

Listen : Is a Difficult Lesson.

Ada seorang wanita tua yang menurut saya sangat berpengaruh pada pikiran saya saat ini. Wanita tua telah mengajarkan pada saya hidup itu butuh banyak pengorbanan, seperti halnya beliau yang sudah berkorban berpuluh-puluh tahun melewati berbagai masalah dalam hidupnya. Beliau mengajarkan bahwa mata itu sangat penting bagi mu karena dengan mata kita bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk, tapi jangan hanya tergantung pada mata karena itu bisa membutakan. Dengarlah, dengarlah apa kata hati mu dan cobalah mendengarkan alam disekitarmu dengan begitu kamu bisa tahu banyak hal. Pelajaran itu lah yang tergambar jelas ingin beliau berikan kepada saya lewat tingkah laku dan perkataan beliau, walaupun carany agak sedikit kerasa menurut saya.

Beliau orang yang sangat sabar, beliau mampu menerima semua hal yang diberikan oleh yang maha kuasa dengan ikhlas dan lapang hati. Keikhlasan dan kelapangan hati beliau tercermin dari wajahnya yang seakan menyebarkan kedamaian bagi orang-orang disekitarnya, bukan hanya bagi saya tapi juga bagi orang-orang yang bahkan asing dengan beliau. Orang-orang yang tidak pernah kenal dengan beliau bahkan bisa menceritakan semua hal tentang kehidupan mereka bahkan yang paling pribadi sekalipun, peristiwa seperti itu sering saya hadapi ketika dulu saya masih sering berpergian dengan beliau. Seperti suatu ketika ada seorang penjual baju bekas yang bercerita tentang suaminya yang kawin lagi padahal saat itu beliau hanya hendak membeli baju bekas ditoko tersebut, jadilah kami harus menunggu sampai sore hingga si penjual baju bekas tadi puas dan berhenti bercerita. Memori lainnya adalah ketika ada seorang perempuan dengan anak bayi digendongan menangis ketika bertemu beliau padahal saat itu merekan hanya bertemu didalam angkot. Saat itu beliau menatap perempuan itu entah apa yang menarik dari perempuan itu bagi beliau. Tapi sesaat kemudian ketika mereka berdua bertemu pandang perempuan itu menangis, air matanya meleleh seakan-akan mencermin beban berat yang sekarang bergelayutan dipundaknya. Mungkin perempuan itu ingin berkata “ kami orang miskin, seorang perempuan yang ditingggal pergi oleh suami dan sekarang harus mengasuh empat orang anak kami”, atau “saya tidak kuat harus menanggung beban dengan anak ini, yang tidak tahu bapaknya siapa”. Entahlah saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi perempuan tersebut masih terus menangis dan masih menatap beliau namun perlahan perempuan itu tertunduk dan menangis makin keras ketika beliau mengusap dahi bayi yang berada dalam pelukan perempuan itu. Kami yang melihat pun kebingungan apa yang sebenarnya sedang terjadi tapi saya melihat beliau seperti mengerti dengan jelas apa yang menjadi beban bagi perempuan itu, beliau seperti bisa membaca pikiran perempuan itu. Entah bagaimana lagi harus mengungkapkannya.

Saya sendiri sekarang belajar psikologi, sebuah ilmu tentang jiwa manusia disebuah universitas swasta terkemukan di Indonesia. Sebagai seorang mahasiswa saya mempelajari berbagai konsep tentang bagamana manusia yang ideal seharusnya. Saya ingat salah seorang dosen mengatakan bahwa sebagai psikolog satu hal yang sangat penting adalah mendengarkan. Dan tanpa disadari saya sudah mendapatkan pelajaran itu dari beliau. Pengalaman hidup bertahun-tahun bersama beliau selama itu pula saya mendapatkan pelajaran bagaimana mendengarkan yang baik, sebuah pelajaran yang tidak akan kita dapatkan dibangku sekolah walaupun kita mendengakan sepanjang hari selama sekolah. Hanya saja butuh sedikit renungan dan kemauan untuk menyadari pelajaran itu dan butuh lebih banyak untuk mengaplikasikannya. Well, pelajaran itu hanyalah salah satu dari banyak pelajaran-pelajaran yang saya dapatkan dari beliau. Saya hanya ingin berterimakasih atas apa yang sudah beliau berikan, yang sudah beliau korbankan bagi saya. Sekarang sudah saatnya mungkin saya mulai berkorban beberapa hal untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Sudah saatnya saya mulai belajar “mendengarkan”, peka terhadap suara-suara disekitar saya. Suara-suara hidup yang selalu minta untuk didengarkan dan diperhatikan. “mendengarkan” menurut beliau adalah menggunakan hati dan pikiran setiap bertindak , ketika kita menggunakan panca indera kita. Dengan begitu mungkin kita akan bisa bersyukur lebih ikhlas.

Hear is easy but Listen is difficult and complex process.

We Don't Know

Hampir seminggu yang lalu saya melakukan satu perjalanan. Perjalanan yang sangat menguras tenaga fisik. Perjalanan selama satu hari satu malam berjalan melewati jarak sekitar 3000-an mdpl sambil memikul beban dan melawan lelah cuma demi satu hal yaitu, kepuasan dan harga diri. Mungkin orang lain yang tidak sepaham dengan saya akan mengatakan kalau apa yang saya lakukan adalah pekerjaan nekat yang menantang bahaya atau malah mengatai saya kurang kerjaan. Hanya demi kepuasaan dan harga diri saya rela mendekatkan diri dengan bahaya dan memaksa tubuh bekerja sampai batas kemampuannya.

Kalian tahu saya tidak menyalahkan orang-orang yang berpikiran begitu. Mereka benar kenapa saya begitu bodoh memaksa diri saya keluar dari situasi yang nyaman kemudian menghantam tubuh saya dengan aktifitas yang tidak biasa. Mereka sepenuhnya benar. Kita manusia adalah makhluk yang selalu mengejar rasa aman saya tahu itu karena itu lah yang saya pelajari sehari-hari. Saya pun berpikiran seperti itu. Tapi apakah mereka yang punya sudut pandang seperti itu pernah berpikir bahwa manusia seperti saya, seperti anda, dan seperti mereka hanyalah satu bagian kecil dari dunia yang tak terhingga luasnya ini. Pernahkah terpikirkan oleh kita semua bahwa kenyamanan yang kita tinggali atau yang menjadi sahabat akrab kita sekarang ini perlahan-lahan bisa membunuh kita. Membunuh pikiran kita, hingga kita menjadi manusia yang berpikir hanya berdasarkan subjektivitas, hanya berdasarkan apa yang menurut kita benar, menjadi manusia yang hanya menilai segala sesuatu disekitar kita hanya berdasarkan perspektif kita sendiri, perspektif dangkal yang berlandaskan pada "SAYA-SENTRIS".

Perjalanan yang saya lakukan penuh dengan kejutan bagi saya. Perjalanan ini lah yang telah membunuh kenyamanan yang saya miliki. Dengan menyakitkan telah menusuk diri saya yang selama ini berpegang pada pola pikir "SAYA-SENTRIS" tadi. Saya, anda, dan mereka ternyata sudah terlalu mengagungkan kenyamanan sehingga kita takut untuk keluar dari zona yang nyaman tersebut. Kemudian kita mengatakan kalu semua yang membuat kita tidak nyaman itu sebagai sesuatu yang salah padahal ketika kita menganggap sesuatu salah itu hanyalah bentuk dari ketakutan kita bahwa sesuatu yang salah itu akan mengganggu kenyamanan kita sendiri. Saya, anda, dan mereka takut untuk mengakui bahwa tidak ada yang salah, yang kita anggap salah itu hanyalah sesuatu yang berbeda. Kita seperti sekelompok manusia yang terperangkap dalam sebuah goa gelap, dimana goa itu yang hanya punya satu sumber api sebagai penerangnya yang bahkan tidak sanggup menerangi seluruh goa itu sehingga sekelompok orang tersebut tidak bisa melihat sekelilingnya bahkan untuk melihat bayangan sendiri saja susah. Dan ketika ada seorang anak dari kelompok tersebut yang ingin keluar dari goa tersebut maka yang lain langsung meniliai dan mencemooh anak itu sebagai orang gila. Kita seperti sekelompok orang tersebut, kita menganggap kita mengenal diri sendiri dan kita menganggap kita tahu tentang hal yang orang lain tidak tahu dan kita merasa nyaman bahkan jumawa akan keadaan yang seperti itu, maka ketika ada yang berbeda dari pemikiran kita kita seenaknya menilai itu adalah salah atau kita akan menyalahkan orang lain karena berbeda dari pikiran kita dari apa yang kita tahu.

Yang kita tahu adalah kita tahu segalanya tentang dunia dan dunia itu harus menyesuaikan diri dengan apa yang kita inginkan. Tapi bagaimana kalau sebenarnya kita itu tidak tahu apa-apa, kita hanya sok tahu berlagak seakan-akan kita tahu. Ketika akhir perjalanan itu saya jatuh kedalam lubang yang sangat dalam dan sangat mengerikan. Menyadari bahwa saya ternyata hanyalah satu bagian kecil dari dunia. menyadari bahwa saya sebenarnya adalah manusia yang sudah terlalu akrab dengan kenyamanan sehingga saya lupa akan keberadaan subjek lain disekitar saya, menyadari bahwa saya adalah manusia "saya-sentris" yang seenaknya menilai apa yang ada disekeliling saya berdasarkan perspektif dangkal subjektivitas seenaknya menilai saya benar dan orang lain salah. Bagian paling menyakitkan dari jatuh kedalam lubang itu adalah menyadari bahwa sebenarnya saya adalah manusia bodoh yang tidak tahu apa-apa. Saya terlalu menganggap bahwa saya tahu banyak hal dan terlalu berharap untuk dihargai karena apa yang saya tahu, padahal saya sebenarnya adalah orang yang tidak tahu bahwa saya tidak tahu. Berdiri di satu titik kecil dan melihat betapa lebarnya dunia ini telah meruntuhkan diri saya yang sombong, dinding kesombongan itu runtuh hanya karena satu fakta bahwa apa yang saya tahu adalah apa yang saya tidak tahu dan saya adalah orang yang tidak tahu.